Jumat, 06 Februari 2015

Dear "Diare"

Beberapa waktu yang lalu si Kembar Syafani dan Syifana terkena diare. Diare yang “lumayan” untuk ukuran bayi 9 bulan sehingga harus rawat inap di Rumah Sakit selama tiga hari. Kata orang-orang sih memang lagi musim, karena faktor cuaca, ada yang bilang juga diare pada bayi itu menandakan mau “mundak akale”. Entah karena faktor apapun itu saya ingin berbagi cerita tentang diare yang dialami si kembar beberapa hari lalu.

Jum’at 30 januari lalu Syafani periksa ke bidan pagi hari karena Batuk pilek, siangnya kedunya mendadak buang air besar yang sebagian besar berupa cairan kuning deras sekali. Kami spontan panik dan bertanya-tanya kena apa ini? Wajar jika kami panik  karena saat itu si kembar sedang bermain-main di ruang tamu, maklum lagi seneng-senengnya “brangkangan” kesana kemari. Setelah kami ganti popok, tak lama kemudian Buang Air Besar (BAB) cair lagi sampai kurang lebih 5 kali antara siang sampai sore. Melihat kondisi tersebut kami berinisiatif untuk membawa keduanya ke bidan lagi untuk mendapatkan pertolongan pertama sekaligus mencari tau penyebabnya.

Seteleh di periksa Bidan, si kembar lalu di kasih obat antara lain Antibiotik, Paracetamol, obat diare dan oralit. “Tidak apa-apa, nanti kalau obatnya sudah diminum insyaAllah sembuh. Hanya diare biasa. Ditunggu sampai 2 hari kalau misalnya tidak ada perkembangan langsung di bawa kerumah sakit” Kata bidan. Setelah mendapat obat dari bidan, sampai rumah kami langsung memberikan obat yang diberi bidan tadi, sementara itu si kembar BAB nya tambah sering. Nah disini kepanikan kedua mulai muncul, alih-alih obat yang diberikan masuk semua ke mulut sikembar dengan harapan cepat sembuh. Namun yang terjadi malah sebaliknya, si kembar selalu muntah ketika di beri obat. Entah sudah saking “tidak enak” perut si kembar atau bagaimana kami kurang tau. Yang jelas selalu muntah ketika di beri obat, ya tentunya obat tidak ada yang masuk kedalam perut padahal BAB cair sehari bias 5-7 kali. Sambil coba kami "telateni" sedikit-demi sedikit meminumkan obatnya pada si kembar.

Melihat kondisi si kembar yang semakin lemas dan “rewel”, lalu kami menghubungi Bidan dan bertanya tentang kondisi si kembar yang semakin lemas. Banyak yang bilang kalau anak diare biasanya efeknya cepat sekali membuat anak dehidrasi (kekurangan cairan). Bidan lalu menyarankan membawa si kembar ke salah satu Rumah Sakit yang cukup terkenal di Kota magelang. Tanpa berpikir panjang kami pun langsung membawa si kembar ke Rumah Sakit yang direkomendasikan Bu Bidan tadi pada Minggu sore (1/2/2015).

Ketika tiba di RS kami langsung membawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Si kembar lalu di periksa oleh dokter, dan saya pun berada di bagian pendaftaran menceritakan kondisi si kembar pada petugas. Nah, disini kepanikan ketiga muncul. Selang beberapa waktu kemudian, dengan tanpa penjelasan apapun si Dokter berkata kepada saya, “ini saya kasih obat diminum tiga kali sehari ya”. Saya dan Istri lalu saling pandang dan bertanya-tanya. “ Lho ini ngga  rawat inap”? sambil menatap cemas kondisi si kembar yang semakin lemas. Lalu saya di beri resep oleh dokter dan disuruh mengambil ke Apotik. Lalu bagian pendaftaran menyodorkan catatan tagihan yang harus saya bayar untuk penanganan di IGD tadi.

Setelah saya bayar sesuai tagihan yang tertera di kertas, lalu saya langsung menuju Apotik sambil terus menyimpan berjuta pertanyaan dalam hati yang belum tersampaikan ke Dokter. Karena memang tidak ada penjelasan apa-apa dari dokter. Kemudian resep saya serahkan ke apoteker, tapi saya balik lagi menemui bagian pendaftaran dan Dokter yang masih disana. “Dok, anak saya memang tidak apa-apa atau karena memang kamarnya penuh”? Tanyaku pada Dokter. “Iya mas, ini kebetulan kamarnya disini penuh”. Langsung saya sedikit emosional, “lho kalau memang penuh kenapa ngga bilang dari tadi dok? Tanyaku. “kalau dokter bilang ini kondisi anak begini-begini lalu bilang tapi maaf kamar disini penuh silahkan coba ke RS lain begitu kami tentunya akan menerima tidak masalah”.Tambahku. Yang lebih mengejutkan lagi, ketika saya ceritakan kembali kronologi dan kondisi si kembar pada dokter sampai akhirnya saya bawa ke RS. Secara mengejutkan si Dokter malah berkata “lho jadi sama diare juga to? Sudah berapa hari memangnya? kalau diare sudah parah itu sehari buang airnya sekian kali bla..bla..bla. Kalo saya lihat bayinya tidak apa-apa belum lemes”. Dengan nada agak tinggi saya pun berkata pada si Dokter, “lho tadi kan saya sudah ceritakan semua dibagian pendaftaran tentang kondisi anak saya. Anak saya itu Diare dok, sudah BAB  cair 5-7 kali sehari sejak hari jum’at (30/01/2015) dan obatnya tidak ada yang masuk karena terus muntah, sementara kondisinya terus melemah makanya kami ke sini.” Terangku sambil menahan emosi.

“Atau gini aja resepnya saya tambahi yang untuk diare ya, saya kira tadi cuma batuk sama pilek”. Kata dokter dengan santainya. Dengan menahan emosi yang mau meluap, akhirnya obat yang di apotek tidak saya ambil dan berkata kepada si Dokter, “ya sudah obatanya tidak saya ambil. Kalau memang penuh bilang dari awal jangan seperti itu tidak jelas. “ Sambil terus bergumam, saya meninggalkan si dokter tersebut. lha ini bagaimana? Antara petugas pendaftaran sama dokter tidak nyambung. Sudah diceritakan sedetil-detilnya ternyata kesimpulan dokter sangat berbeda, terkesan menganggap remeh dan tidak serius memeriksa si kembar. Yang lebih parah lagi adalah ketika dokter hanya memberikan resep obat flu dan batuk padahal yang dirasakan adalah diare. Memang waktu itu pasien anak-anak cukup ramai, tapi seharusnya tak menjadikan pelayanan jadi terkesan sangat asal-asalan. 

Sangat kecewa dengan kejadian tersebut langsung saja akhirnya si kembar saya bawa ke Rumah Sakit Islam, tempat yang sama ketika dulu si kembar dilahirkan. Alasan kenapa kami langsung menuju kesana, karena melihat pelayanan dulu ketika si kembar lahiran disana cukup baik. Namun ternyata disana juga sudah penuh, masih ada 1 kamar, itupun kelas 1. Dengan tak banyak pertimbangan dan tanpa kartu asuransi BPJS yang penting si kembar dapat segera tertangani akhirnya si kembar di Infus dan selang beberapa saat kemudian masuk kekamar yang tinggal satu-satunya tadi. Si kembar dapat kamar 1C yang berada di ujung depan dekat kantin.

Sehari kemudian, kondisi si kembar mulai membaik dan sudah tidak terlihat lemas seperti ketika datang. Berangsur-angsur mulai membaik dan terus membaik kadang-kadang masih BAB namun tidak sesering beberapa hari sebelumnya. Rabu (4/2/2015) akhirnya si kembar sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Alhamdulillah, lega rasanya si kembar sudah boleh pulang dan tidak terlalu lama menginap di RSI. Sekarang tinggal pemulihan, dan senyum lebar sudah terpancar di raut wajah mereka.

Sempat sedikit panik, sempat kecewa dengan pelayanan RS yang pertama didatangi, namun sekarang Alhamdulillah sudah berlalu itu semua.