Kamis, 19 Februari 2015

Hati-hati Dalam Memilih Mainan Anak

Masa kecil identik dengan masa bermain, jadi jangan sekali-kali meremehkan aktivitas bermain anak. Bermain mungkin terlihat hanya sebagai pengisi waktu luang, tapi sebenarnya bisa membantu anak menyiapkan kecerdasan mereka. Ketika bermain, anak bebas menentukan pilihan apa yang akan mereka mainkan. Semua pilihan ini akan membantu terbentuknya gambaran diri dan membuat anak merasa mampu mengendalikan diri sendiri. Bermain mendorong anak untuk mengembangkan keterampilan, intelektual, sosial dan fisik. Ketika Si Kecil sedang bermain, berarti ia sedang berimajinasi dan membuat ide-ide baru yang dipelajari. Intinya, anak bisa mengekspresikan pengetahuan, sekaligus menambah pengetahuan baru yang berguna bagi masa depannya.

Perhatikan Tanda
Sebagai orangtua yang sadar dan peduli akan tumbuh kembang anak, pasti memilih mainan terbaik untuk buah hati. Memilih mainan bukan sekedar dari bentuk serta harganya saja, namun juga manfaat dari permainan tersebut dan tentunya aman bagi anak. Karena banyak produsen mainan yang tidak peduli akan hal ini dan memproduksi mainan dengan material berbahaya. Faktor harga produksilah yang menjadi pertimbangan mereka. Ada beberapa tanda yang bisa kita kenali untuk membedakan mainan itu beracun atau tidak. Perhatikan box kemasan pada setiap produk mainan, karena biasanya tercantum bahan-bahan yang digunakan dan informasi-informasi yang bermanfaat lainnya. Bila terdapat kandungan berbahaya pada mainan, biasanya ada peringatan dari produsen. 

Berdasarkan Usia
Sebenarnya memilih mainan untuk anak tidaklah sulit, hanya saja kita musti paham apa saja  kebutuhan anak yang sesuai dengan umurnya. Biasanya untuk usia 0-3 bulan, anak harus diberikan mainan yang cerah, berwarna dan tentunya bisa merangsang syaraf motorik mereka. Hal ini karena si anak belum bisa melihat secara jelas, jadi pilihan warna yang cerah dan terang akan membantu penglihatan mereka. Untuk usia 6 bulan, orangtua bisa memberikan mainan yang bisa digigit. Selain si anak bisa bermain, bisa juga merangsang pertumbuhan giginya. Memasuki usia 6-9 bulan, anak bisa diberikan mainan seperti balok-balok kecil atau bola dengan warna terang. Di usia 9-12 bulan, orang tua bisa memberikan mainan yang merangsang interaksi, misalnya boneka lucu atau boneka tangan yang bisa mengajaknya berkomunikasi.

Melatih Intelegensia
Setelah anak berusia lebih dari setahun, mainan yang kita cari tentunya berbeda dan lebih bervariasi lagi. Saat ini anak memasuki tahapan menyerap lebih banyak lagi pengetahuan yang ada di sekitarnya. Artinya ada beberapa variasi mainan dalam satu mainan sehingga stimulasi otak bisa lebih maksimal. Mainan yang dimaksud bisa mendorong kemampuan pemecahan masalah  dan melatih kesabaran serta ketekunan. Jadi anak tidak hanya sekedar menikmati, tapi juga dituntut ketelitian, kesabaran dan ketekunan saat memainkan mainan tersebut. Contoh mainan jenis ini bisa dilihat di box.

Harus Tepat & Bermanfaat
Memilih mainan yang kreatif dan edukatif tidak perlu mahal, tapi sebagai orangtua kita harus jelas mengetahui manfaat apa yang akan kita berikan kepada anak. Dalam memilih mainan, kita bisa mencari toko mainan konvensional ataupun toko online. Tanyakan kepada costumer service tentang mainan yang cocok untuk anak kita. Jangan terpancing dengan harga murah atau diskon, tapi teliti dulu isi mainan tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan, mahal bukan jaminan anak kita langsung menjadi pintar, karena yang terpenting adalah manfaat dari mainan tersebut untuk pertumbuhan. Siap untuk memilih mainan?

Box :

Jenis Mainan Edukatif

Puzzle
Permainan bongkar pasang ini bisa digunakan untuk melatih motorik halus anak. Selain kemampuan motorik yang didapat, permainan ini juga bisa digunakan untuk melatih kecerdasan kognitif dan koordinasi syaraf mata dan tangan.

Skuter
Untuk usia anak di atas 2 tahun, kita bisa memilih skuter untuk melatih kemampuan motorik kasar sekaligus melatih keseimbangan anak.

Sepeda
Sepeda roda tiga atau jenis lainnya bisa digunakan untuk melatih syaraf motorik kasar anggota gerak seperti tangan dan kaki.

Play-Doh
Mainan ini merupakan sejenis permainan seperti plastisin. Hanya saja bahannya tidak berbahaya. Permainan ini bisa digunakan untuk melatih kemampuan motorik halus dan kecerdasan kognitif melalui aktivitas membuat aneka bentuk.

Bekel
Walau sederhana, permainan ini juga berguna untuk melatih kecerdasan motorik halus dan koordinasi syaraf antara mata dan tangan.

Bola

Permainan bola apapun jenisnya (sepak bola, basket, voli) bisa melatih kemampuan otot-ototnya. Selain itu anak juga bisa melatih koordinasi kerja tangan, mata dan kaki mereka. 

Sumber: http://www.familyguideindonesia.com/

5 Penelitian Tentang Bayi Cerdas

Bayi tidak sekadar lucu dan menggemaskan. Belum lama ini sejumlah penelitian menunjukkan kalau bayi ternyata jauh lebih memahami tentang lingkungan mereka sebelum orang dewasa menyadarinya. Berikut lima penelitian terbaru yang menunjukkan kecerdasan bayi: 

1. Bayi baru lahir mengenali suara ibu. Peneliti dari Universitas Montreal dan Universitas Sainte-Justine Research Centre Hospital menemukan bahwa suara ibu mampu mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab untuk pembelajaran bahasa. Para peneliti mengenakan elektroda pada 16 kepala bayi baru lahir untuk menganalisis aktivitas otaknya. Kemudia ibu bayi dan perawat wanita diminta untuk berbicara. Sinyal otak mengungkapkan kalau bayi (yang berumur kurang dari 24 jam pada saat itu) sudah bisa mengenali suara ibu mereka dan tidak bereaksi terhadap suara wanita lain. 

2. Bayi mengerti bahasa Anjing. Atau lebih tepatnya, mereka mampu menafsirkan makna gonggongan anjing, meskipun sebelumnya mereka tidak pernah berada dekat dengan hewan tersebut. Para peneliti dari Brigham Young University menemukan bayi berusia 6 bulan bayi dapat membedakan mana gonggongan anjing yang kasar dan tidak ramah, mana gonggongan yang bersahabat dengan gambar anjing yang dihadapkan padanya. Dari studi itu, dapat disimpulkan bahwa bayi dapat menerjemahkan emosi bahkan sebelum ia belajar berbicara. 

3. Bayi memiliki rasa keadilan yang kuat. Studi yang dipimpin oleh Profesor Kiley Hamlin dari University of British Columbia menemukan bahwa bayi usia 8 bulan tidak keberatan melihat orang dihukum jika memang mereka telah berbuat salah, dan bayi tidak suka melihat orang-orang yang berpilaku buruk mendapat penghargaan atau penghormatan dari orang lain. 

4. Bayi bisa menceritakan lelucon. Bayi tahu bagaimana menceritakan lelucon bahkan sebelum mereka dapat berbicara. Bagaimana ya kira-kira gaya lelucon bayi? Ia berpura-pura memberikan mainannya pada anak yang lain, tapi di menit terakhir ia akan merebut kembali mainan tersebut. Para peneliti di Australia’s Charles Sturt University menangkap perilaku ini (terjadi pada bayi usia 12 bulan) dengan mempelajarinya dari rekaman kamera kecil (babycam) yang dipasang pada topi atau ikat kepala yang dikenakan bayi.

Sumber: http://www.familyguideindonesia.com/