Menggendong bayi merupakan hal yang gampang-gampang susah.
Gampang jika sudah tau tentang “Ilmu pergendongan bayi”, susah dan takut jika belum
tau atau belum pernah mencobanya. Nah, berikut ini ada beberapa pertanyaan lengkap dengan jawabannya
seputar kegiatan menggendong sang buah hati termasuk benar tidaknya mitos-mitos yang
berkembang.
1. Mana yang lebih baik, kain gendongan tradisional atau
kain gendongan siap pakai? Untuk pilihan cara menggendong yang bervariasi,
lebih baik pilih kain gendongan tradisional semacam jarit. Dengan kain gendongan
itu, kita bisa menggendong bayi dalam
berbagai posisi; di depan perut, di punggung, atau di pinggul. Kain gendongan
itu juga sempurna dalam menyesuaikan bentuk tubuh orangtua dengan bayi, sejak
ia lahir hingga usia balita.
2. Bisakah kain gendongan tradisional dimodifikasi agar
lebih mudah dipakai? Bisa. Kai Schaffran, penasehat produk gendongan dan
pemilik Toko Gendongan “LeLo karli 123” di Leipzig, Jerman, menyarankan agar
orangtua yang baru pertama kali menggendong dengan kain menggunakan teknik
silang lilit dan memasang pengait di ujung kain gendongan.
3. Bisakah kita salah posisi saat menggendong bayi? Bisa,
tetapi tidak perlu khawatir, sebab menurut Dr. Heiner Biedermann, ahli ortopedi
dan penanganan kecelakaan dari Cologne, Jerman, tubuh bayi itu kuat. Bayi-bayi
yang sehat, bisa menanggung cara menggendong yang tidak optimal. Penelitian di Jerman oleh dokter anak Dr.
Waltraud Stening-Belz dan Hilal Kavruk, menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara salah menggendong dengan cidera atau kelainan tulang belakang. Dokter
lainnya, Susanne Schubert-Schaffran, menyebutkan bahwa ketika orangtua salah
menggendong, yang berisiko cidera justeru orangtua itu sendiri, yaitu berisiko
cidera punggung.
4. Seperti apa kriteria gendongan yang baik? Kriteria gendongan
yang baik menurut Kai Schaffran : Dudukannya memungkinkan belakang lutut anak
tertutup. Posisi lutut anak saat digendong kurang lebih sejajar dengan pusar,
sehingga bagian bokongnya mudah diletakkan. Bagian punggung anak dapat
ditunjang, dan dia dapat bersandar dengan nyaman bahkan ketika tertidur.
5. Saya senang menggendong dengan wajah bayi menghadap ke
depan, karena dia jadi bisa melihat apa yang saya lihat. Benarkah? Dokter anak
dan fisioterapis Jerman, Dr. Astrid Mueller-Slomka, memiliki pendapat berbeda.
Menurutnya, cara menggendong dengan posisi anak menghadap ke depan, justru
membuat anak menggantung di gendongan dan tidak duduk dengan benar. Akibatnya, tangan dan kakinya menjulur tanpa
ada tekanan pada otot, sehingga seluruh berat tubuhnya berpusat pada dudukan
kecil di gendongan. Selain itu, Dr. Astrid
melihat ada risiko masalah kejiwaan pada anak yang selama digendong
tidak bisa memutar badan. “Saat digendong, usahakan bayi bisa melihat ke segala
arah. Idealnya ia digendong di pinggul atau di punggung, karena pada posisi itu
ia bisa melihat ke segala arah dan posisi tubuhnya optimal," ujar Dr.
Astrid.
6. Benarkah sering menggendong anak akan membuatnya tidak
mandiri? Tidak, ujar Katrin Jill
Hagemeyer, psikolog dan pelatih keluarga dari Hamburg, Jerman. Menurutnya,
setiap anak memiliki rencana atau instink dari dalam dirinya sendiri, untuk
lebih mandiri di dunia. Perkembangan itu tidak bisa dicegah hanya dengan sering
menggendongnya. Katrin berkata, "Bayi-bayi kecil justru merasa lebih aman
saat digendong, dan itu membangun rasa percaya diri. Kelak, rasa percaya diri
membantu anak dalam menunaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
kemandirian."
7. Bayi saya malah rewel kalau digendong. Memangnya ada bayi
yang tidak suka digendong? "Tidak ada", kata Katrin. Menurutnya,
”Bila ada bayi yang rewel saat digendong, pasti karena ia tidak nyaman,
misalnya karena posisi duduknya miring, tubuhnya tertekan, atau ada alasan
tersembunyi seperti lapar, sakit perut atau popoknya basah." Katrin juga
mengungkapkan bahwa bayi itu peka;
mereka bisa merasakan bila ayah atau bundanya kurang yakin, kurang
nyaman atau lelah saat menggendong, dan itu bisa membuat bayi rewel. Kata
Katrin, "Baru pada usia balita kesukaan anak digendong akan berkurang,
karena dia ingin lebih banyak bermain di lantai. Pada saat itu, kurangi
frekuensi menggendong anak."
8. Bayi saya sering digendong pengasuhnya. Saya khawatir ia
terlambat berjalan. Benarkah kekhawatiran saya? Jangan takut, karena menurut
Dr. Astrid, digendong akan memberi manfaat terhadap perkembangan motorik anak.
"Melalui gerakan-gerakan yang mudah, anak akan menerima rangsangan yang
informatif tentang bentuk tubuh yang bisa ia peragakan dengan menggunakan
otot-ototnya, sehingga menjadi aktifitas yang sederhana". Digendong juga merangsang keseimbangan,
melatih persepsi diri anak dan kemampuan koordinasi, yang kelak berguna saat ia
belajar merangkak dan berjalan.
9. Apa benar anak yang sering digendong, menjadi tidak
cengeng? Benar. Menurut berbagai penelitian, dengan digendong tangisan anak di
malam hari akan lebih singkat, begitu juga dengan waktu keseluruhan dia
berteriak-teriak. Penyebabnya, karena
anak tahu orangtuanya tidak akan membiarkan dia merasa sendirian saat menangis.
Saat menggendong anak, orangtua akan memberi anak kedekatan, perhatian dan
menstimulasi arti kehadiran anak. Para ilmuwan di London berpendapat, efek
menggendong anak selama tiga jam sehari, sama seperti memberi perhatian
intensif kepada anak selama 24 jam. Menggendong juga baik untuk ikatan batin -
saat kita mengaitkan tali gendongan, bukan cuma terbentuk ikatan fisik, tetapi
juga terjalin ikatan batin. Jika Anda tidak punya banyak waktu untuk
menggendong anak, gendonglah dia di punggung saat Anda mengerjakan tugas
sehari-hari.
Sumber bacaan: http://www.ayahbunda.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar