Rabu, 22 April 2015

10 Kesalahan Mengasuh Anak yang Sering Dilakukan Para Ayah

Dalam hal mengurus anak, kita lebih sering melihat sosok ibu yang lebih dekat dengan anak-anaknya ketimbang sang ayah. Ayah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan jarang mendekatkan diri dengan anak memang menimbulkan jarak tersendiri. Kebanyakan pria juga menerapkan gaya disiplin dan tegas yang keliru sehingga mengakibatkan salah didik dan berpengaruh pada psikologi anak yang membentuk karakternya menjadi meleset sejak dini. Berikut 10 gaya mengasuh anak yang keliru dan biasa dilakukan para ayah.

1. Kehilangan Kontrol
Saat kelakuan anak mulai membuat gila, jangan pernah mendisiplinkan anak saat sedang marah. Tenangkan diri terlebih dahulu, karena jika Anda sendiri juga sedang marah, maka yang keluar dari mulut adalah teriakan, sumpah serapah atau celaan yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk diucapkan. Hal terburuk mungkin kekerasan fisik. Jika Anda terlanjur melakukan hal ini, anak akan membentuk pola pikir bahwa kelakuan negatif Anda tadi sah-sah saja dilakukan kepada teman-teman maupun orang lain di luar rumah. Amannya, lakukan 'time-out' atau hening sejenak seorang diri, baik Anda maupun anak dan kemudian setelah tenang baru berbicara dengan anak dan memberikannya pengertian.

2. Hukuman Fisik
Banyak kasus KDRT disebabkan oleh masa lalu anak yang sering mendapat siksaan fisik oleh orangtua. Memukul bokong atau bagian tubuh lainnya dengan benda atau tangan hingga menampar terkesan mendisiplinkan, namun psikologinya akan berubah dimana ia akan berpikir bahwa kekerasan fisik sah dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa sel-sel tumbuh kembang otak anak ada yang terbunuh saat dipukul.

3. Tidak Konsisten
Di satu saat, anak Anda mengucapkan kata yang tidak pantas namun respon Anda tertawa, namun di saat yang lain Anda justru malah marah karena terucap di depan banyak orang. Ini menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki landasan akan mana hal yang benar dan salah, pantas atau tidak pantas. Jadi sebelum Anda menegur anak akan perilakunya, lihat diri Anda sendiri terlebih dahulu dan tetapkan apa yang benar dan salah di mata Anda.

4. Sogokan
Rengekan anak diselesaikan dengan menjanjikan untuk membelikan sesuatu hal atau barang sering dilakukan agar anak langsung tenang. Hal ini tentunya keliru, dimana seharusnya penghargaan hanya diberikan jika ia melakukan hal yang baik, bukan karena perilaku yang tidak terkontrol.

5. Aksi dan Konsekuensi
Salah satu jalan terbaik untuk mendidik anak adalah dengan mengajarkan bahwa dari setiap aksi yang dilakukannya, maka ada konsekuensi yang harus ia terima. Contohnya ketika ia tantrum dan hobi merusak barang, maka jelaskan bahwa konsekuensi dari perbuatannya adalah ia akan dikurangi uang jajannya untuk memperbaiki hal tersebut. Selalu pastikan konsekuensi hukuman berkaitan langsung dengan aksinya, bukan hukuman yang mengada-ada dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan perbuatannya.

6. Ibu adalah Pelarian
Antara ayah dan ibu mungkin memiliki cara yang berbeda dalam hal mendidik anak, karena sifat alami ibu yang lebih mengemong. Namun untuk urusan disiplin dan perlakuan, antara ayah dan ibu harus kompak. Jangan sampai ketika ayah menegur anak, kemudian ia lari ke sang ibu dan menghibur padahal hal tersebut tidak benar. Kredibilitas salah satu pihak bisa hancur dan kedekatan ayah dan ibu dengan anak bisa jadi berbeda porsinya.

7. Kata Pengorbanan
Jika Anda belum siap punya anak, maka jangan lakukan. Banyak kasus dimana orangtua sering menyalahkan anak karena dirinya merasa sudah berkorban dan kehilangan materi karena mengurus anak yang menjadikannya beban tanggungan hidup yang baru. Ucapan paling umum kurang lebih seperti ini, "Aku sudah berkorban untuk kamu, kerja banting tulang dan kamu tidak bisa apa-apa untuk membantu.” Jika Anda menyalahkan anak atas hal-hal yang salah terjadi pada hidup Anda, koreksi dulu mental Anda sendiri. Anak adalah titipan untuk disayangi, bukan bentuk investasi untuk membiayai Anda balik karena Anda telah mengurusnya sejak bayi.

8. Tegas yang Beralasan
Orangtua harus tegas, terutama ayah sebagai kepala keluarga. Jangan pernah melanggar apa yang telah Anda lakukan mulai dari peraturan untuk disiplin, hingga janji penghargaan. Semakin anak besar, maka Anda bisa perlahan menjelaskan alasan di balik segala aturan yang Anda buat sejak dulu. Komunikasikan segala hal yang Anda buat sehingga anak mengerti bahwa disiplin yang ditanamkan memiliki tujuan, bukan hanya sekedar mengatur dan membatasi.

9. Menguliahi
Sulit sekali memang untuk tidak memberikan ‘kuliah’ pada anak, karena pada dasarnya banyak orang dewasa tidak bisa ‘menguliahi’ orang dewasa lain sehingga anak menjadi korban. Memberikan monolog pada anak akan membentuk dirinya untuk melakukan hal yang sama saat tumbuh dewasa. Ketimbang memberikannya kuliah bagaimana ia tidak bisa mengerjakan PR tepat waktu, tidak mendapat nilai yang bagus dan memberikan kuliah omelan panjang-lebar, cukup bantu dirinya dengan perlahan dan lembut. Jadilah orangtua yang produktif secara tindakan positif yang membantu, bukan bermulut besar dan otoriter.

10. Membanding-bandingkan

"Kakak kamu jago matematika, tapi kamu berhitung dasar begini saja tidak bisa?" atau "Si A meski umurnya lebih kecil tapi bisa main piano, tapi kamu bernyanyi saja tidak bisa?" Tiap anak memiliki minat dan talenta yang berbeda-beda, dan sejatinya orangtua lebih cermat mengamati bagaimana cara untuk mengasah talenta tersebut. Ketimbang membanding-bandingkan dengan anak lain yang bikin anak kehilangan kepercayaan diri, perhatikan dimana minat anak yang sesungguhnya dan dukung potensi dirinya. Orang dewasa saja belum tentu memiliki keahlian tertentu di satu bidang pekerjaan, dan Anda mati-matian memaksakan anak untuk menjadi sesuatu yang tidak disukainya? Jangan jadi orang yang delusional.

Posted on by Pembelajar | No comments

Jumat, 17 April 2015

Obat Tradisional Penurun Panas Pada Bayi dan Balita

Anak Anda yang masih balita atau mungkin masih bayi memang lebih beresiko terkena penyakit panas. Panas yang terjadi pada anak-anak dapat terjadi kapan saja, sebagai orangtua Anda harus segera tanggap.

Bahkan kadang tanpa sebab yang pasti atau tidak Anda ketahui, anak Anda tiba-tiba panas begitu saja. Panas yang menyerang si kecil dapat terjadi akibat beberapa hal, tidak semuanya dapat Anda sadari. Menjadi panik saat anak panas memang hal wajar, tentu saja Anda tidak ingin terjadi hal yang buruk pada buah hati Anda.

Tetapi kepanikan yang Anda alami jangan terlalu lama, segeralah melakukan pengobatan untuk penyakit panas yang anak Anda derita. Pengobatan yang paling tepat yaitu dengan memilih cara tradisional, di sekitar Anda ada banyak sekali tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan panas anak Anda. Berikut adalah beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas pada bayi:

- Bawang merah
Dari jaman dahulu, bawang merah sering dimanfaatkan untuk menurunkan panas pada bayi. Kandungan yang ada didalam bawang merah sangat baik untuk kesehatan si kecil. Diantaranya yaitu minyak atsiri, sikloaliin metilaliin, kuersetin dan juga floroglusin.
Semua kandungan didalam bawang merah ini bermanfaat untuk menurunkan panas. Caranya cukup mudah yaitu dapat diparut ataupun diiris tipis beberapa buah bawang merah, tambahkan juga sedikit minyak kelapa. Balurkan ramuan ini pada tubuh bayi Anda dan tunggu hasil yang diberikan.

- Kunyit
Selain bawang merah, kunyit juga bermanfaat untuk menurunkan panas si kecil. Kunyit juga memiliki kandungan minyak atsiri, selain itu kandungan kunyit yaitu turmeron, curcumin dan juga zingiberen juga terdapat didalamnya. Kandungan yang ada didalam kunyit berfungsi sebagai anti inflamasi, antioksidan dan juga antibakteri sebagai penurun panas si kecil.

Caranya yaitu parut kunyit yang berukuran sekitar 1 ruas jari, campur dengan air panas setengah gelas. Setelah dingin, peras ramuan tersebut dan ambil sarinya saja untuk diberikan ke buah hati Anda. Obat tradisional penurun panas pada balita ini akan semakin ampuh jika ditambah dengan perasan jeruk nipis dan juga madu.

- Temulawak
Temulawak memiliki kandungan seperti zat aktif germacrene, alpha betha curcumena dan xanthorrhizol. Kandungan yang ada dalam temulawak ini berfungsi sebagai antibiotik dan juga anti inflamsi. Cara membuat obat tradisional penurun demam si kecil yaitu parut sekitar 1 ruas jari temulawak, campur dengan setengah gelas air. Aduk dan kemudian saring dan peras airnya, gunakan sarinya dan tambahkan juga madu untuk diberikan ke buah hati Anda.


Demikian beberapa tanaman yang bermanfaat untuk menurunkan panas yang diderita si kecil, semoga dapat bermanfaat untuk Anda semua. Anak-anak rentan terkena panas, jika tubuh anak Anda maka jangan panik dan segera gunakan obat tradisional penurun panas ini untuk menurunkan panasnya.

Posted on by Pembelajar | No comments

Kamis, 02 April 2015

Kalian Luar Biasaa....

Menjelang maghrib sampai menjelang isya' pada kamis (2/4/2015) kalian berhasil membuat Ayah dan Bunda terpingkal-pingkal sekaligus kewalahan nak. Betapa tidak, si kembar syafa dan syifa malah mengajak bermain dan bercanda sejadi-jadinya. Sampai-sampai ayah bunda nya kewalahan mengikuti keinginnnya. Padahal biasanya mereka sudah pada mulai ngantuk dan tertidur pada jam-jam segitu. Dari bermain di jendela lah, “netek” ASI kanan-kiri sambil sesekali gelimpangan, nyanyi-nyanyi (dalam bahasa bayi) atau berkata satu dua patah kata seperti tatatatata...nanana.....maemaemaemaem...mamamama...dan lain sebagainya dalam nada yang lebih tinggi.


Sebenarnya sudah sejak siang sih, mereka mulai sangat aktif dan banyak akal yang di perlihatkan. Memang beberapa minggu belakangan Menjelang setahun si kembar yang tepat jatuh pada 21 April 2015 nanti, syafa-syifa sepertinya “mundak akale” sangat drastis, bahkan kadang diluar dugaan. Subhanallah...AllahuAkbar....luar biasa ini si kembar perkembangannya kata kami berdua seraya memandangi mereka sambil sesekali tertawa.  Terus sehat nak, kalianlah alasan kenapa kami selalu bersyukur menikmati samudera hidup yang berkelok-kelok seperti jalananan pegunungan sumbing . Kalianlah “penawar” disegala situasi dan kondisi nak. Kalian Luarrr Biasaaa......

Kamis, 19 Februari 2015

Hati-hati Dalam Memilih Mainan Anak

Masa kecil identik dengan masa bermain, jadi jangan sekali-kali meremehkan aktivitas bermain anak. Bermain mungkin terlihat hanya sebagai pengisi waktu luang, tapi sebenarnya bisa membantu anak menyiapkan kecerdasan mereka. Ketika bermain, anak bebas menentukan pilihan apa yang akan mereka mainkan. Semua pilihan ini akan membantu terbentuknya gambaran diri dan membuat anak merasa mampu mengendalikan diri sendiri. Bermain mendorong anak untuk mengembangkan keterampilan, intelektual, sosial dan fisik. Ketika Si Kecil sedang bermain, berarti ia sedang berimajinasi dan membuat ide-ide baru yang dipelajari. Intinya, anak bisa mengekspresikan pengetahuan, sekaligus menambah pengetahuan baru yang berguna bagi masa depannya.

Perhatikan Tanda
Sebagai orangtua yang sadar dan peduli akan tumbuh kembang anak, pasti memilih mainan terbaik untuk buah hati. Memilih mainan bukan sekedar dari bentuk serta harganya saja, namun juga manfaat dari permainan tersebut dan tentunya aman bagi anak. Karena banyak produsen mainan yang tidak peduli akan hal ini dan memproduksi mainan dengan material berbahaya. Faktor harga produksilah yang menjadi pertimbangan mereka. Ada beberapa tanda yang bisa kita kenali untuk membedakan mainan itu beracun atau tidak. Perhatikan box kemasan pada setiap produk mainan, karena biasanya tercantum bahan-bahan yang digunakan dan informasi-informasi yang bermanfaat lainnya. Bila terdapat kandungan berbahaya pada mainan, biasanya ada peringatan dari produsen. 

Berdasarkan Usia
Sebenarnya memilih mainan untuk anak tidaklah sulit, hanya saja kita musti paham apa saja  kebutuhan anak yang sesuai dengan umurnya. Biasanya untuk usia 0-3 bulan, anak harus diberikan mainan yang cerah, berwarna dan tentunya bisa merangsang syaraf motorik mereka. Hal ini karena si anak belum bisa melihat secara jelas, jadi pilihan warna yang cerah dan terang akan membantu penglihatan mereka. Untuk usia 6 bulan, orangtua bisa memberikan mainan yang bisa digigit. Selain si anak bisa bermain, bisa juga merangsang pertumbuhan giginya. Memasuki usia 6-9 bulan, anak bisa diberikan mainan seperti balok-balok kecil atau bola dengan warna terang. Di usia 9-12 bulan, orang tua bisa memberikan mainan yang merangsang interaksi, misalnya boneka lucu atau boneka tangan yang bisa mengajaknya berkomunikasi.

Melatih Intelegensia
Setelah anak berusia lebih dari setahun, mainan yang kita cari tentunya berbeda dan lebih bervariasi lagi. Saat ini anak memasuki tahapan menyerap lebih banyak lagi pengetahuan yang ada di sekitarnya. Artinya ada beberapa variasi mainan dalam satu mainan sehingga stimulasi otak bisa lebih maksimal. Mainan yang dimaksud bisa mendorong kemampuan pemecahan masalah  dan melatih kesabaran serta ketekunan. Jadi anak tidak hanya sekedar menikmati, tapi juga dituntut ketelitian, kesabaran dan ketekunan saat memainkan mainan tersebut. Contoh mainan jenis ini bisa dilihat di box.

Harus Tepat & Bermanfaat
Memilih mainan yang kreatif dan edukatif tidak perlu mahal, tapi sebagai orangtua kita harus jelas mengetahui manfaat apa yang akan kita berikan kepada anak. Dalam memilih mainan, kita bisa mencari toko mainan konvensional ataupun toko online. Tanyakan kepada costumer service tentang mainan yang cocok untuk anak kita. Jangan terpancing dengan harga murah atau diskon, tapi teliti dulu isi mainan tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan, mahal bukan jaminan anak kita langsung menjadi pintar, karena yang terpenting adalah manfaat dari mainan tersebut untuk pertumbuhan. Siap untuk memilih mainan?

Box :

Jenis Mainan Edukatif

Puzzle
Permainan bongkar pasang ini bisa digunakan untuk melatih motorik halus anak. Selain kemampuan motorik yang didapat, permainan ini juga bisa digunakan untuk melatih kecerdasan kognitif dan koordinasi syaraf mata dan tangan.

Skuter
Untuk usia anak di atas 2 tahun, kita bisa memilih skuter untuk melatih kemampuan motorik kasar sekaligus melatih keseimbangan anak.

Sepeda
Sepeda roda tiga atau jenis lainnya bisa digunakan untuk melatih syaraf motorik kasar anggota gerak seperti tangan dan kaki.

Play-Doh
Mainan ini merupakan sejenis permainan seperti plastisin. Hanya saja bahannya tidak berbahaya. Permainan ini bisa digunakan untuk melatih kemampuan motorik halus dan kecerdasan kognitif melalui aktivitas membuat aneka bentuk.

Bekel
Walau sederhana, permainan ini juga berguna untuk melatih kecerdasan motorik halus dan koordinasi syaraf antara mata dan tangan.

Bola

Permainan bola apapun jenisnya (sepak bola, basket, voli) bisa melatih kemampuan otot-ototnya. Selain itu anak juga bisa melatih koordinasi kerja tangan, mata dan kaki mereka. 

Sumber: http://www.familyguideindonesia.com/

5 Penelitian Tentang Bayi Cerdas

Bayi tidak sekadar lucu dan menggemaskan. Belum lama ini sejumlah penelitian menunjukkan kalau bayi ternyata jauh lebih memahami tentang lingkungan mereka sebelum orang dewasa menyadarinya. Berikut lima penelitian terbaru yang menunjukkan kecerdasan bayi: 

1. Bayi baru lahir mengenali suara ibu. Peneliti dari Universitas Montreal dan Universitas Sainte-Justine Research Centre Hospital menemukan bahwa suara ibu mampu mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab untuk pembelajaran bahasa. Para peneliti mengenakan elektroda pada 16 kepala bayi baru lahir untuk menganalisis aktivitas otaknya. Kemudia ibu bayi dan perawat wanita diminta untuk berbicara. Sinyal otak mengungkapkan kalau bayi (yang berumur kurang dari 24 jam pada saat itu) sudah bisa mengenali suara ibu mereka dan tidak bereaksi terhadap suara wanita lain. 

2. Bayi mengerti bahasa Anjing. Atau lebih tepatnya, mereka mampu menafsirkan makna gonggongan anjing, meskipun sebelumnya mereka tidak pernah berada dekat dengan hewan tersebut. Para peneliti dari Brigham Young University menemukan bayi berusia 6 bulan bayi dapat membedakan mana gonggongan anjing yang kasar dan tidak ramah, mana gonggongan yang bersahabat dengan gambar anjing yang dihadapkan padanya. Dari studi itu, dapat disimpulkan bahwa bayi dapat menerjemahkan emosi bahkan sebelum ia belajar berbicara. 

3. Bayi memiliki rasa keadilan yang kuat. Studi yang dipimpin oleh Profesor Kiley Hamlin dari University of British Columbia menemukan bahwa bayi usia 8 bulan tidak keberatan melihat orang dihukum jika memang mereka telah berbuat salah, dan bayi tidak suka melihat orang-orang yang berpilaku buruk mendapat penghargaan atau penghormatan dari orang lain. 

4. Bayi bisa menceritakan lelucon. Bayi tahu bagaimana menceritakan lelucon bahkan sebelum mereka dapat berbicara. Bagaimana ya kira-kira gaya lelucon bayi? Ia berpura-pura memberikan mainannya pada anak yang lain, tapi di menit terakhir ia akan merebut kembali mainan tersebut. Para peneliti di Australia’s Charles Sturt University menangkap perilaku ini (terjadi pada bayi usia 12 bulan) dengan mempelajarinya dari rekaman kamera kecil (babycam) yang dipasang pada topi atau ikat kepala yang dikenakan bayi.

Sumber: http://www.familyguideindonesia.com/

Kamis, 12 Februari 2015

Jumat, 06 Februari 2015

Dear "Diare"

Beberapa waktu yang lalu si Kembar Syafani dan Syifana terkena diare. Diare yang “lumayan” untuk ukuran bayi 9 bulan sehingga harus rawat inap di Rumah Sakit selama tiga hari. Kata orang-orang sih memang lagi musim, karena faktor cuaca, ada yang bilang juga diare pada bayi itu menandakan mau “mundak akale”. Entah karena faktor apapun itu saya ingin berbagi cerita tentang diare yang dialami si kembar beberapa hari lalu.

Jum’at 30 januari lalu Syafani periksa ke bidan pagi hari karena Batuk pilek, siangnya kedunya mendadak buang air besar yang sebagian besar berupa cairan kuning deras sekali. Kami spontan panik dan bertanya-tanya kena apa ini? Wajar jika kami panik  karena saat itu si kembar sedang bermain-main di ruang tamu, maklum lagi seneng-senengnya “brangkangan” kesana kemari. Setelah kami ganti popok, tak lama kemudian Buang Air Besar (BAB) cair lagi sampai kurang lebih 5 kali antara siang sampai sore. Melihat kondisi tersebut kami berinisiatif untuk membawa keduanya ke bidan lagi untuk mendapatkan pertolongan pertama sekaligus mencari tau penyebabnya.

Seteleh di periksa Bidan, si kembar lalu di kasih obat antara lain Antibiotik, Paracetamol, obat diare dan oralit. “Tidak apa-apa, nanti kalau obatnya sudah diminum insyaAllah sembuh. Hanya diare biasa. Ditunggu sampai 2 hari kalau misalnya tidak ada perkembangan langsung di bawa kerumah sakit” Kata bidan. Setelah mendapat obat dari bidan, sampai rumah kami langsung memberikan obat yang diberi bidan tadi, sementara itu si kembar BAB nya tambah sering. Nah disini kepanikan kedua mulai muncul, alih-alih obat yang diberikan masuk semua ke mulut sikembar dengan harapan cepat sembuh. Namun yang terjadi malah sebaliknya, si kembar selalu muntah ketika di beri obat. Entah sudah saking “tidak enak” perut si kembar atau bagaimana kami kurang tau. Yang jelas selalu muntah ketika di beri obat, ya tentunya obat tidak ada yang masuk kedalam perut padahal BAB cair sehari bias 5-7 kali. Sambil coba kami "telateni" sedikit-demi sedikit meminumkan obatnya pada si kembar.

Melihat kondisi si kembar yang semakin lemas dan “rewel”, lalu kami menghubungi Bidan dan bertanya tentang kondisi si kembar yang semakin lemas. Banyak yang bilang kalau anak diare biasanya efeknya cepat sekali membuat anak dehidrasi (kekurangan cairan). Bidan lalu menyarankan membawa si kembar ke salah satu Rumah Sakit yang cukup terkenal di Kota magelang. Tanpa berpikir panjang kami pun langsung membawa si kembar ke Rumah Sakit yang direkomendasikan Bu Bidan tadi pada Minggu sore (1/2/2015).

Ketika tiba di RS kami langsung membawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Si kembar lalu di periksa oleh dokter, dan saya pun berada di bagian pendaftaran menceritakan kondisi si kembar pada petugas. Nah, disini kepanikan ketiga muncul. Selang beberapa waktu kemudian, dengan tanpa penjelasan apapun si Dokter berkata kepada saya, “ini saya kasih obat diminum tiga kali sehari ya”. Saya dan Istri lalu saling pandang dan bertanya-tanya. “ Lho ini ngga  rawat inap”? sambil menatap cemas kondisi si kembar yang semakin lemas. Lalu saya di beri resep oleh dokter dan disuruh mengambil ke Apotik. Lalu bagian pendaftaran menyodorkan catatan tagihan yang harus saya bayar untuk penanganan di IGD tadi.

Setelah saya bayar sesuai tagihan yang tertera di kertas, lalu saya langsung menuju Apotik sambil terus menyimpan berjuta pertanyaan dalam hati yang belum tersampaikan ke Dokter. Karena memang tidak ada penjelasan apa-apa dari dokter. Kemudian resep saya serahkan ke apoteker, tapi saya balik lagi menemui bagian pendaftaran dan Dokter yang masih disana. “Dok, anak saya memang tidak apa-apa atau karena memang kamarnya penuh”? Tanyaku pada Dokter. “Iya mas, ini kebetulan kamarnya disini penuh”. Langsung saya sedikit emosional, “lho kalau memang penuh kenapa ngga bilang dari tadi dok? Tanyaku. “kalau dokter bilang ini kondisi anak begini-begini lalu bilang tapi maaf kamar disini penuh silahkan coba ke RS lain begitu kami tentunya akan menerima tidak masalah”.Tambahku. Yang lebih mengejutkan lagi, ketika saya ceritakan kembali kronologi dan kondisi si kembar pada dokter sampai akhirnya saya bawa ke RS. Secara mengejutkan si Dokter malah berkata “lho jadi sama diare juga to? Sudah berapa hari memangnya? kalau diare sudah parah itu sehari buang airnya sekian kali bla..bla..bla. Kalo saya lihat bayinya tidak apa-apa belum lemes”. Dengan nada agak tinggi saya pun berkata pada si Dokter, “lho tadi kan saya sudah ceritakan semua dibagian pendaftaran tentang kondisi anak saya. Anak saya itu Diare dok, sudah BAB  cair 5-7 kali sehari sejak hari jum’at (30/01/2015) dan obatnya tidak ada yang masuk karena terus muntah, sementara kondisinya terus melemah makanya kami ke sini.” Terangku sambil menahan emosi.

“Atau gini aja resepnya saya tambahi yang untuk diare ya, saya kira tadi cuma batuk sama pilek”. Kata dokter dengan santainya. Dengan menahan emosi yang mau meluap, akhirnya obat yang di apotek tidak saya ambil dan berkata kepada si Dokter, “ya sudah obatanya tidak saya ambil. Kalau memang penuh bilang dari awal jangan seperti itu tidak jelas. “ Sambil terus bergumam, saya meninggalkan si dokter tersebut. lha ini bagaimana? Antara petugas pendaftaran sama dokter tidak nyambung. Sudah diceritakan sedetil-detilnya ternyata kesimpulan dokter sangat berbeda, terkesan menganggap remeh dan tidak serius memeriksa si kembar. Yang lebih parah lagi adalah ketika dokter hanya memberikan resep obat flu dan batuk padahal yang dirasakan adalah diare. Memang waktu itu pasien anak-anak cukup ramai, tapi seharusnya tak menjadikan pelayanan jadi terkesan sangat asal-asalan. 

Sangat kecewa dengan kejadian tersebut langsung saja akhirnya si kembar saya bawa ke Rumah Sakit Islam, tempat yang sama ketika dulu si kembar dilahirkan. Alasan kenapa kami langsung menuju kesana, karena melihat pelayanan dulu ketika si kembar lahiran disana cukup baik. Namun ternyata disana juga sudah penuh, masih ada 1 kamar, itupun kelas 1. Dengan tak banyak pertimbangan dan tanpa kartu asuransi BPJS yang penting si kembar dapat segera tertangani akhirnya si kembar di Infus dan selang beberapa saat kemudian masuk kekamar yang tinggal satu-satunya tadi. Si kembar dapat kamar 1C yang berada di ujung depan dekat kantin.

Sehari kemudian, kondisi si kembar mulai membaik dan sudah tidak terlihat lemas seperti ketika datang. Berangsur-angsur mulai membaik dan terus membaik kadang-kadang masih BAB namun tidak sesering beberapa hari sebelumnya. Rabu (4/2/2015) akhirnya si kembar sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Alhamdulillah, lega rasanya si kembar sudah boleh pulang dan tidak terlalu lama menginap di RSI. Sekarang tinggal pemulihan, dan senyum lebar sudah terpancar di raut wajah mereka.

Sempat sedikit panik, sempat kecewa dengan pelayanan RS yang pertama didatangi, namun sekarang Alhamdulillah sudah berlalu itu semua.